Senin, 27 April 2015

Arti Kata Alun-alun

Hello Historian......
Foto Surabaya Tempo Dulu.
Stutterheim dalam bukunya “De Kraton van Mahapahit”(1948) membuat etimologi passerbaan dari kata Jawa paseban. Namun anehnya kata paseban tidak ditemukan di kamus Jawa Kuno Zoetmulder (1982)maupun Jawa-Inggris modern Horne (1974).


Paseban justru ditemukan dalam kamus yang lebih baru “Kamus Besar Bahasa Indonesia” (1990). Dalam kamus Jawa kuno kita hanya menemukan sinonimnya antara lain alun alun, manguntur (wanguntur) dan watangan (watanan). Kata alun-alun tertua ditemukan dalam kitab Ramayana versi Jawa Kuno “Kakawin Ramayana” yang diperkirakan ditulis masa Dyah Balitung Mataram Hindu 870 Masehi. Kitab Kakawin Ramayana tertua dimiliki Perpustakaan Nastional RI dari abad ke-16.
Kata wanguntur (manguntur) tertua ditemukan di kitab “Udyogaparwa” versi Jawa kuno, Adaptasi Mahabarata bagian ke-5 yang aslinya Sansekerta .
Kata watanan (watangan) tertua ditemukan dalam kitab Adiparwa versi Jawa Kuno yang ditulis masa Kerajaan Kediri dibawah Raja Dharmawangsa Teguh (991-1016).
Selain Paseban ( pasewan) kita menemukan kata lain yang tidak di temukan di kamus Jawa kuno maupun modern: pangastryan. Kata pangastryan yang bermakna alun-alun juga ini muncul dalam peta peta konstruksi Trowulan oleh para ahli javanologi. Sementara kata passerbaan biasa muncul dalam peta-peta Belanda sejak VOC.
Foto Aloen-Aloen Pasar Besar Surabaya dari KITLV image code 6428, bukan aloen-aloen yang sesungguhnya hanya tinggal namanya saja. Aloen-aloen Kraton Surabaya Kuno aslinya memang didaerah itu yang kemudian dibongkar demi proyek Benteng Surabaya yang gagal (Kraton di area Gubernuran - Sulung -Pasar Besar dan mesjid dipindahkan pula tahun 1840).
Aloen-aloen satunya lagi Aloen-aloen Tjontong di ujung Gemblongan-baliwerti. Di tayangan Kartogram oleh Karto kemarin, kita baca kata paseban yang dipakai.
-Tjaraka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda tentang tulisan ini.....