Jumat, 11 Maret 2016

JEJAK KOMUNITAS YAHUDI SURABAYA

Hello Historian......
Menurut sebuah survey pada tahun 1921, ada sekitar 2000 orang Yahudi yang tinggal di Jawa. Orang Yahudi sendiri mulai bermukim di Indonesia sebagai pedagang sejak dimulainya kolonial Belanda pada abad ke 17. Namun mereka biasanya tidak memelihara identitas Yahudi yang terpisah dan umumnya orang-orang Yahudi yang terutama berasal dari Belanda, Austria, Rumania dan Irak ini berasimilasi dengan masyarakat Belanda.



Pada mulanya setelah Jepang menguasai Indonesia pada tahun 1942, orang Yahudi Irak dan Jerman di Indonesia masih memiliki kebebasan . Karena Jepang memerangi lawan berdasarkan negara dan bukan ras, baik orang Yahudi dan Armenia di Indonesia yang dianggap tidak memiliki negara tidak masuk dalam kategori musuh di masa perang, dan dianggap sebagai “kawan”. Jadi, sementara semua orang Eropa dari negara-negara musuh diinternir dan ditempatkan di belakang kawat berduri, orang Yahudi dan Armenia dibiarkan berkeliaran dan berdagang secara bebas.

Keadaan berubah pada tahun 1943, ketika sekelompok perwira penghubung Jerman tiba di Surabaya. Orang-orang Nazi itu dikatakan bertanya kepada Kempetai “siapa saja yang ditawan ?”, orang Jepang menjawab bahwa semua orang berkebangsaan asing dari negara musuh dengan pengecualian dua bangsa kulit putih, orang Yahudi dan Armenia tidak dipenjarakan. Mendengar hal tersebut, orang-orang Jerman itu menjadi meradang dan memerintahkan agar seluruh orang Yahudi segera ditangkap. Kempetai mengikuti keinginan sekutunya itu dan mencampakkan orang-orang Yahudi yang mereka tangkap ke belakang kamp interniran di Tangerang, yang diatas temboknya dikibarkan bendera bertuliskan “Banksa Jehudi”.

Pada musim semi 1945, para tawanan Yahudi dipindahkan dari Tangerang ke kamp Adek yang terletak di Jakarta. Dengan menyerahnya Jepang dan pecahnya perang kemerdekaan Indonesia, sebagian orang Yahudi yang selamat memilih pulang ke Belanda atau pindah ke Israel dan Amerika Serikat. Sekelompok kecil orang Yahudi Irak, dengan latar belakang Timur Tengah membuat mereka kerap dikira sebagai orang Arab, dan tetap tinggal di Surabaya. Di Surabaya mereka memiliki sebuah Synagog kecil yang terletak di jl. Kayun namun bangunannya sudah dibongkar pada tahun 2011 silam dan kini yang tersisa hanya sebidang area Pemakaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda tentang tulisan ini.....