Senin, 08 Juni 2015

Mengenal Uang Rupee Yuk

Hello Historian......
Sejarah kata Rupiah (Rupee) dan asal usul katanya dapat ditemukan secara umum di wikipedia. Asal kata Sansekerta rūpya dan kata dasarnya rūpa yang berarti muka, gambaran atau wajah (wajah kaisar atau raja yang biasanya muncul di koin atau mata uang) dan juga bermakna uang koin berbahan perak. Kata rūpya tidak terserap ke Jawa Kuno namun kata rūpa dari Sansekerta masuk ke kosa kata Jawa kuno hingga ke bahasa Indonesia dengan makna yang sama. Terserapnya kata rūpya menjadi Rupiah memiliki jalur yang lebih panjang dan tidak melalui jalur budaya dan sastra seperti kata rūpa, melainkan jalur perdangangan atau ekonomi.
Menurut wikipedia mata uang Rupee pertama diperkenalkan oleh Kaisar Sher Shah Suri antara 1540-1545 di India Utara. Namun satuan uang rūpyarūpa untuk koin perak, suvarnarūpa untuk koin emas, tamrūpa untuk koin perunggu dan sisarūpa untuk koin timah sudah dipakai sejak jaman Kaisar Maurya Chandargupta periode 340-290 SM. Saat ini India, Nepal, Maladewa, Indonesia, Pakistan, Srilangka, Mauritius dan Seikeles memakai unit moneter Rupee (Rupiah). Sebelumnya Afghanistan, Dubai, Qatar dan Burma juga memakai satuan Rupee.


Khusus Indonesia yang semula terdiri banyak kerajaan lokal, masing masing memiliki unit alat tukar teresendiri. Catatan situasi Nusantara di awal kedatangan Belanda yang dicatat Coen akhir abad ke-16 sbb: Di Jawa beredar koin gobong China yang berlubang dan direnteng. Selain itu juga beredar koin Spanyol, Portugis, lantakan perak China, Larrins Persia (lantakan perak berbentuk pipih / tapal kuda). Di Aceh dipakai Tael emas. Di pantai barat Sumatra masih barter berbasis perhitungan uang. Di Banda berbasis berat pala. Di Bima barter dengan uang batu batuan. Di Jambi merica (lada) dipakai untuk uang kembalian (pecahan receh / nominal kecil).
Khusus di Jawa dimana satuan Spanyol dan Portugis beredar berdampingan dengan koin Jepang, koin China juga kemudian muncul koin Rupee Jawa dan Gulden menunjukkan mata uang saling bersaing dominasi. Ketika Rupiah menggantikan Gulden (dan uang Jepang) unit ini mengalahkan alternatif mata uang lainnya seperti Dinar, Real, Dollar atau Ringgit (Malaysia justru memakai Ringgit). Khusus Ringgit di Jawa kata Ringgit juga beredar tapi tidak bernilai 1 Gulden (1 Rupiah) melainkan 2.5 gulden (2.5 Rupiah) sehingga nilai nominal yang sudah terlanjur melekat ini tidak dipakai dengan sendirinya.
Dokumentasi tertua kata Rupiah di Jawa (Indonesia) tidak didalam katalog uang Indonesia maupun kitab lontar atau prasasti Jawa Kuno (pra Majapahit) karena satuan uang di Jawa memiliki keunikan tersendiri. Di era Mataram kuno ada istilah wεsi (baca wesi seperti besi). Di era Majapahit dikenal suwarna (emas), masa, dharana atau kupan. Kita tidak menemukan kata Rupiah, Ruppee ataupun Ripis dalam kamus Jawa kuno yang merangkum kosa kata yang pernah muncul dalam kitab Jawa kuno dan prasasti kuno.
Di katalog koin Belanda kata Rupee pertama kali muncul paska 1743 ketika Susuhuna Mataram (dianggap Kaisar Jawa) menyerahkan hak cetak uang kepada VOC. Dengan hak istimewa ini VOC mendirikan pabrik koin di Batavia dan mulai mencetak koin Jawa dengan tulisan Arab. Istilah Derham (koin perak) dan Dinar (koin emas) dipakai berdampingan dengan istilah Rupee. Tahun 1765 pabrik koin Batavia diijinkan menerima pesanan pribadi bagi orang yang ingin mencetak emas mereka ke dalam bentuk koin Rupee emas Java. Pada waktu yang sama VOC mengijinkan pemakaian koin Ducat Venezia dan Turki serta Rupee Persia di Batavia. Namun dokumentasi ini bukan yang tertua!
Dokumentasi tertua yang sejauh ini diakses pengasuh Gali Kata Surabaya Tempo Dulu tentang pemakaian kata Rupiah justru dari catatan VOC dimana sebuah traktat yang ditandatangani antara VOC dan penguasa Jakarta tahun 1610 mendokumentasikan tarif pajak atas lada sbb: ...pungutan beli-belian (barang dagangan) dengan ruba-ruba (uang pelabuhan) diperuntukkan raja sebesar 10 Reals setiap seratus bobot. Sedang untuk shahbandar 2 Reals setiap seratus bobot ...dst. (dikutip van Leur dalam bukunya "Indonesia Trade and Society" (1967).
Ruba-ruba disini dipastikan korupsi lidah VOC atas Rupee. Mengingat para pedagang di kepulauan Melayu mayoritas (hingga kini) memakai istilah Rupee, bahkan Arab seperti Qatar, Afganishtan dan Dubai pun semula memakai Rupee. Rupanya "lingua franca" peruangan di dominasi oleh Rupee. Ketika Jepang mulai kalah dan tahun 1945 Indonesia mulai menerbitkan uang Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) satuan Rupiah dengan sendirinya dipakai. Proses tarik ulur antara 1945 hingga 1950 ketika uang Jepang, uang Belanda dan uang ORI sama sama beredar kemudian uang NICA serta sebelum final Rupiah dipakai sempat kembali memakai uang Hindia Belanda tahun 1950 sepertinya tidak menyisakan ruang untuk diskusi mata uang apa yang dipakai (Dollar, Ringgit, Gulden, Rupiah?) sebab proses transisinya dalam ketergesa-gesaan, dalam pelarian dan dalam tekanan pihak Belanda maupun Sekutu. Apa yang telah dipersiapkan Jepang dengan uang Jepang bersatuan Rupiah tinggal dilanjutkan. Pemakaian Rupiah oleh Jepang di Indonesia dengan sendirinya muncul karena alasan praktis. (Uang Jepang di Semenanjung Melayu bersatuan Dollar, Jepang di Philipina bersaudan Pesos dan di Burma bersatuan Rupee.Jepang di Oceania bersaudan Shilling!)
Jadi kata Rupiah tertua di Jawa didokumentasikan VOC sebagai Ruba-Ruba (uang di pelabuhan) tahun 1610, terdokumentasikan dalam bentuk koin pertama tahun 1747 berwujud Koin Perak Rupee Jawa. Di era Pemerintah Hindia Belanda (paska VOC, paska Inggris) dipakai satuan Gulden. Era Jepang sempat memakai Gulden dan tahun 1943 mulai memakai Rupiah untuk Hindia Belanda bekas jajahan Belanda. Paska kemerdekaan pemakaian Rupiah untuk dicetak merupakan pilihan praktis yang telah siap pakai.
Kata Ripis adalah variasi lokal kata Rupiah (uniknya kesan kata Ripis yang ditangkap Tjaraka mengarah pada uang kecil yang tidak berarti, rendah nilainya : " pirang ripis sih regone? " Dengan nada meremehkan nilai sesuatu.)
Sumber :
1. Indonesia Trade and Society oleh van Leur (1967)
2. The Coins of The Dutch Overseas Territories 1601-1948 oleh C. Scholten (1953)
3. Melacak Sejarah Kuno Indonesia Lewat Prasasti oleh Boechari (2012)
4. Kamus Jawa Kuno - Indonesia oleh Zoetmulder edisi Indonesia (1982)
5. Foto Koin Perak 1 Rupee Jawa tahun 1765 dari KintaMoney.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda tentang tulisan ini.....