Jumat, 23 Juni 2017

Cerita Perjalanan Education Benchmark My Teacher My Hero ke Melbourne Australia 3-7 Mei 2017

Hello Historian......


Kali ini saya akan membagikan cerita perjalanan saya dalam mengikuti Education Benchmark ke Australia yang merupakan salah satu reward kepada pemenang dari kompetisi My Teacher My Hero (MTMH 2016). Kalau bicara mengenai reward tersebut memang banyak sekali. Seperti liputan dari Net TV ke tempat tinggal dan ke sekolah kita sehingga wajah kita sering nongol di beberapa iklan Net TV๐Ÿ˜…๐Ÿ˜…, hingga kita diundang ke acara-acara besar di Net TV seperti Ini Talk Show (Andre & Sule), Indonesia Morning Show (IMS), dan Sarah Sechan. Dan yang terakhir adalah studi banding ke sekolah-sekolah di luar negeri atau Education Benchmark.
Diambil dari blognya Pak Rozi 

Peserta yang mengikuti Education Benchmark adalah 8 pemenang MTMH 2016, dua perwakilan dari PT. Telkom yakni Pak Faishal dan Pak Bondan, dan perwakilan dari PGRI yaitu Bu Sisca dan Pak Qudrat Nugraha selaku Sekjen PGRI. 
Pada hari Rabu tanggal 03 Mei 2017 pukul 21.00 kami semua berkumpul dan berkoordinasi di Bandara Soekarno Hatta di Terminal 3. Suasana sangat mengharukan ketika bisa berjumpa lagi dengan para sahabat saya para pemenang MTMH. Maklum, karena memang sudah setahun kami tidak bertatap muka. Pesawat kami saat itu berangkat pukul 12 malam.
Meet Up di T3 Soekarno Hatta. 12 Peserta Education Benchmark (Kiri-kanan):
Pak Aries, Saya (Syairozi), Pak Wawan, Bu Prama, Bu Sisca (PGRI), Pak Qudrat (PGRI), Pak Faishal (Telkom), Pak Bondan (Telkom), Pak Zakun, Pak Zainal, Pak Posma, dan Pak Jamil 
Tiba di Australia
Setelah menempuh perjalanan dari Jakarta ke Melbourne selama 6 jam, alhamdulillah kami tiba dengan selamat di Bandar Udara Tullamarine Melbourne pukul 9.00 waktu setempat atau pukul 6.00 kalau Waktu Indonesia Bagian Barat. 
Tiba di Tullamarine Airport
Dari foto di atas tampak wajah-wajah lelah setelah menempuh perjalanan 6 jam. Tetapi kami sangat senang dan penasaran dengan negeri kangguru. tak sabar untuk bisa segera mengeksplornya.

Meet Up bersama Ibu Ketua Umum PGRI
Nah setelah tiba di airport, langsung kami dijemput oleh pihak travel dengan driver yang sangat ramah, namanya Ross. Kami diantar ke Kitchen Workshop Buffet untuk lunch dan bertemu dengan ibu Unifah Rosyidi selaku ketua umum PGRI.
Meet up bersama Ibu Unifah Rosyidi (Ketum PGRI)
Amanat Ibu Unifah Rosyidi:
  1. Memajukan pendidikan Indonesia bisa berkolaborasi melalui Organisasi Profesi PGRI dan bersinergi dengan Telkom dalam  kemajuan teknologi 
  2. Ikuti dengan baik pelaksanaan Benchmark Education dan disebarluaskan kepada guru-guru lainnya 
  3. ini era digital, kita harus menerapkan disruptive innovation untuk memperluas, mempercepat, mempermudah  dan mendekatkan akses  layanan pendidikan kepada masyarakat
Menjejakkan kaki. Sebagai bukti bahwa sepatu saya pernah di sana๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚
Dan harapan beliau adalah ...
...Alumni benchmark education baik saat ini dan sebelumnya harus saling bersinergi dengan PGRI dan Telkom untuk turut memajukan dunia pendidikan…
Foto di depan Kitchen workshop buffet. Tiba-tiba ada beberapa siswa yang gabung๐Ÿ˜€
Masih di depan Kitchen Workshop Buffet
Check in Hotel
Setelah dari makan siang di Kitchen workshop buffet, kami melanjutkan perjalanan ke Docklands untuk check in. Kami menginap di Travelodge Hotel tepatnya di 66 Aurora Ln, Docklands VIC 3008, Australia. Nah di sini Bu Unifah harus berpamitan tidak bisa bergabung dengan kami karena beliau ada kepentingan yang lain. Waktunya bersih diri dan sholat, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan berikutnya.
Di depan hotel. Siap untuk next trip

Next Trip: Side Seeing
Agenda berikutnya adalah berkeliling di sekitar kota Melbourne. Karena waktunya sudah agak sore sehingga kami hanya berkesempatan mengunjungi dua tempat yang istimewa yaitu Shrine of The Rememberance dan Fitzory Garden.
Shrine of The Rememberance
Fitzory Garden

Berkunjung ke Sekolah: Apollo Parkways School dan Berwick College

Apollo Parkways Primary School
Begitu tiba di sekolah ini, saya seperti tidak sedang di dalam sebuah sekolah, lebih mirip seperti Hotel, tepat setelah pintu masuk ada ruang administrasi yang lebih mirip dengan ruang layanan seperti layaknya hotel dan bank.
Penyambutan
Kami diterima dengan  sangat ramah oleh ibu kepala sekolah,  beliau memberikan penjelasan tentang visi misi dan pengelolaan sekolah, sebelumnya, ibu sisca dengan Speed Language yang sulit dicari jejaknya, menjelaskan 5W + 1H tentang perjalanan kami.

Setelah bincang didalam ruangan, kami dibagi menjadi beberapa kelompok, diantar keliling sekolah, melihat ruang dan proses pembelajaran, serta berinteraksi dengan siswa yang sedang belajar.

Setelah jamuan makan siang, kami berkumpul lagi mendapat penjelasan tentang pemanfaatan digital disekolah, bahkan di akhir sesi kami belajar membuat animasi dan game dengan instruktur siswa kelas VI 
Amazing. Siswa kelas VI mampu dan Percaya diri mengajari kami tentang cara membuat game scratch
Lebih jauh tentang Apollo Parkways Primary School bisa kita simak pada pada slide berikut ini. Di slide tersebut banyak hal yang bisa diambil pembelajaran untuk bisa diterapkan di lingkungan kita
Sekitar pukul 12.00 waktu setempat kami berpamitan untuk melanjutkan ke tujuan berikutnya
Berpamitan
Berkunjung ke Berwick College
Setelah dari Apollo Parkways Primary School kami beranjak menuju sekolah berikutnya yaitu Berwick College. Jaraknya lumayan jauh, kami tiba sekitar pukul setengah 2 sore. Di sana kami disambut dengan ramah dan seperti tiba di rumah sendiri. Kenapa? karena banyak guru di sana yang bisa berbahasa Indonesia. Guru-guru tersebut umumnya mengajar Bahasa Indonesia. Beberapa memang asli WNI dan adapula yang orang Aussie tetapi sudah pernah lama tinggal di Indonesia.
Sambutan hangat dari tuang rumah (Berwick College)

Tidak hanya gurunya yang ramah dan bisa berbahasa Indonesia, tetapi juga makanan yang disajikan, Indonesia banget (meski tidak semuanya). Banyak sekali menu-nya ada bakso, ayam, kue, buah-buahan... dan yang terpenting ada N A S I ๐Ÿ˜….... Setelah ditanya mengapa kok sajiannya begitu banyak dan bermacam-macam? ternyata rahasianya adalah... mereka para guru saling membawa makanan yang dibuatnya dari rumah masing-masing... Wowww luar biasa semangat gotong royongnya, we are really appreciated... jadi terharu dengan semangat mereka dalam menyambut kami.

Oh iya, Berwick College adalah sekolah lanjutan mulai dari kelas 7 sampai dengan kelas 12. Sekolah ini terdiri dari 1300 orang siswa, 125 di antaranya adalah Anak Berkebutuhan Khusus. Terbesar keduadi Melbourne.
Dalam kurikulum terdapat mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dimaksudkan agar siswa Berwick College memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan mengenal Indonesia karena wilayahnya yang dekat.

Nah setelah mencicipi semua sajian yang dihidangkan, kami dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mengunjungi kelas-kelas. Tetapi karena waktu yang sangat singkat dan tempat yang sangat luas, bayangkan mereka pelajaran sudah harus selesai pukul 15.00, sehingga kami harus berlarian untuk keliling-keliling.
Pembelajaran multimedia. Membuat animasi


Banyak hal telah kami dapatkan dari sekolah ini, mulai dari cara mengajar guru, kesabaran, dan kekompakan guru-gurunya. Namun karena waktunya yang singkat sehingga kami harus berpamitan...
Bersama para guru Berwick College
Tujuan yang tidak diagendakan
Ya. selain beberapa tujuan yang diagendakan, kami juga mencoba untuk mengeksplor ke tempat yang dekat-dekat hotel. Seperti stadium Ettihad, Shoutern cross railway, dan victoria market. namun sudah pasti hanya cuma sebentar... namanya saja di luar agenda

Shoutern Cross Railway    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda tentang tulisan ini.....