Sabtu, 10 September 2016

Kumpulan Humor Mukidi Yang Lucu dan Kocak

Hello Historian......
Mempunyai nama Mukidi mungkin ini terdengar ‘ndeso’ alias kampungan bagi sebagian masyarakat Indonesia. Namun, belakangan Mukidi justru tengah tenar di media sosial maupun di grup aplikasi pesan instan, WhatsApp.
Banyak cerita humor dialami Mukidi. Ada saja kelakuan pria ndeso satu ini. Tetapi semua itu hanyalah guyonan.
Humor tentang Mukidi ini tentu bikin pembacanya tertawa ngakak. Hingga akhirnya bermunculan cerita tentang kehidupan Mukidi dari kecil hingga dewasa. Semua tentu hanya cerita fiktif. Namun, bila dibayangkan apa dilakukan pria ini, pembacanya pasti tak bisa menahan tawanya.Kumpulan Humor Mukidi Yang Lucu dan Kocak
Berikut humor Mukidi dijamin bikin ngakak guling-guling:



1. Mukidi tanya dokter soal kondom
Di ruang operasi rumah sakit, seorangg dokter bedah melihat Mukidi yang akan dioperasi kelihatan gelisah. Untuk menenangkannya, Mukidi diajak bercanda.
Dokter : “Bapak tau cara membuat sarung tangan karet yang sedang saya pakai ini?”
Mukidi : “Tidak dok…”
Jawab Mukidi sambil memberi isyarat dengan tangannya.
Dokter : “Begini Pak.. Karet mentah direbus sampai meleleh lalu pegawai pabrik rame2 mencelupkan tangan ke dalam cairan karet itu. Setelah itu tangan segera diangkat untuk diangin-anginkan. Tak lama kemudian jadilah sarung tangan seperti ini.”
Mukidi tersenyum mendengar penjelasan sang dokter. Beberapa saat kemudian Mukidi tertawa terpingkal-pingkal. Dokter heran dan bertanya.
Dokter: “Mengapa Anda tertawa seperti itu..?”
Mukidi : “Dengar cerita dokter tadi, saya lalu membayangkan bagaimana cara membuat kondom.”
Dokter: (bengong)
2. Mukidi nyari uang kembalian
Cak Mukidi ke pasar, mau kulineran rujak cingur yang penjualnya ibu-ibu asal Madura bertubuh montok bernama Bu Markonah.
“Buk, rujak satu, berapa?” tanya Cak Mukidi.
“Sepoloh rebu..cak..,” kata Bu Markonah.
Selesai dibungkus, Cak Mukidi bayar dengan uang Rp 20.000. Markonah bilang, “Cak… tangan saya lagi belepotan, kembaliannya ambil sendiri di sini ya,” kata Markonah sambil menunjuk belahan dada atas.
Tanpa ragu-ragu Cak Mukidi merogoh karena orang Madura memang biasa menaruh segala macem di sana pikirnya. “Nggak ada..Bu.” kata Cak Mukidi.
Buk Markonah kasih instruksi, “Lebih dalam lagi, terus, terus. Ke kanan, ke kiri.”
Cak Mukdi: “Nggak ada…Buk.”
“Ya sudah,” kata Buk Markonah.
“Lah terus mana kembalian saya????” tanya Cak Mukidi bingung.
Buk Markonah dengan enteng berkata, “Ongkos rogoh-rogoh sepoloh rebu Cak, sampeyan kira goh-rogoh nang njero kutang ku gratis.”
Mukidi hanya garuk-garuk kepala sambil nyengir mendengar Bu Markonah
3. Mukidi naik Metromini
Mukidi yang asli Madura, sedang berlibur ke Jakarta.
Dia ingin keliling Jakarta naik Metromini.
Diam-diam dia mengamati segala yang terjadi di dalam Metromini. Termasuk tingkah laku kernet dan penumpang.
Tak lama kemudian si kernet bilang. “Dirman.. Dirman.. Dirman..” (tanda bahwa bus telah sampai di Jalan Sudirman)
Lalu seorang penumpang laki-laki teriak, “kiri..!” Dan turunlah penumpang tersebut.
Selang berapa lama kernet teriak. “Kartini.. Kartini.. Kartini..” Seorang cewek muda kemudian nyeletuk. “kiri..!” lalu cewek tersebut pun turun.
Beberapa lama kernet itu teriak lagi. “Wahidin.. Wahidin.. Wahidin..” Adalagi cowok yang bilang, “kiri..!”
Tak selang lama si kernet teriak lagi. Gatot Subroto!! Gatot Subroto!!
Seorang pemuda ganteng berkumis tebal menjawab, “kiri. kiri….!!” Maka turunlah si kumis itu.
Tinggallah seorang diri Mukidi di dalam bus. Dengan hati ngedumel, lama-lama jengkel juga dia. Lalu dicoleklah si kernet, dengan nada marah Mukidi bilang, “Kurang ajar sampeyan ya. Dari tadi rang-orang sampeyan panggil. Lahh,, nama saya ndak sampeyan nggil-panggil!! Kalau begini caranya. Kapan saya turun ?!!!”
Untung si kernet tanggap. Kernet bertanya. “Siapa nama bapak?”
“Namaku Mukidi”, jawab Mukidi.
Si kernet langsung teriak. “Mukidi.. Mukidi.. Mukidi.. !!!”
Mukidi pun lega dan berkata. “Nah, begitu!!”. “Kirri..!” Maka turunlah Mukidi di jalan tol.
Bagi Anda yang menemukan Mukidi harap menghubungi keluarganya di Sumenep.
4. Mukidi dan pasangan mesum
Mukidi punya kebiasaan jelek, yaitu suka ngintip orang yang sedang pacaran. Tempat favoritnya untuk mengintip adalah di atas pohon. Di mana di bawahnya sering digunakan untuk pacaran.
Seperti biasanya, malam itu Mukidi sudah stand by di atas pohon untuk mengintip. Dan benar saja tak berapa lama datang pasangan Kipot dan Kipit datang.
Karena dianggap sepi dan aman Kipot dan Kipit akhirnya indehoi. Mukidi benar-benar menikmatinya tontonannya.
Setelah indehoi, keduanya bercakap-cakap:
Kipit : Pot, aku takut hamil.
Kipot : Enggak mungkin hamil, kan baru sekali ini.
Kipit : Tapi kata temenku bisa pot, Bagaimana dong?
Kipot : Kalau bener hamil, ya kita serahkan saja sama yang di atas.
Tiba-tiba Mukidi turun dari pohon dan marah-marah: “ENAK AJA LU, GUA CUMA NONTON, LU MINTA GUA TANGGUNG JAWAB, GAK BISAA!!!!”
5. Mukidi naik unta Arab
Mukidi lagi melancong ke Arab, seperti orang Indonesia yang lainnya. Dia juga ikut tour naik unta. Tapi unta di Arab tidak seperti unta di Indonesia, ketika Mukidi bilang, “duduk” dan unta langsung duduk.
Namun lain kejadiannya. Unta di Arab, walaupun Mukidi sudah bilang: “Duduk, sit.. sit, jongkok, diuk.”
Sang unta tetap berdiri, dan akibatnya Mukidi tidak bisa naik.
Pawang Unta (PU): “Bilang Assalamualaikum, baru unta duduk.”
Mukidi: “Asalamualaikum” langsung onta duduk, Mukidi naik, unta langsung berdiri lagi.
Mukidi: “Jalan.. jalan..” unta tetap diam. Dipukul pukul punggungnya, unta tetap tidak mau jalan.
PU :”Bilang Bismillah ”
Mukidi : “Bismillah”
Onta jalan, Mukidi senang jalan naik unta dengan Pawang Unta berjalan di sampingnya.
Tak lama kemudian Mukidi bertanya, “Pawang. Bagaimana cara nyuruh untanya lari ya?”
PU: “Bilang aja Alhamdulilah”
Mukidi : “Alhamdulilah.” Dan unta pun berlari.
Mukidi senang sekali. Saking senangnya Mukidi bilang lagi “Alhamdulilah.” Dan si unta berlari tambah kencang, dan si Pawang Unta makin ketinggalan.
Ketika Mukidi sudah jauh si Pawang Unta baru ingat, belum memberi tahu caranya onta berhenti. Dari jauh PU berteriak: “Kalo mau berhenti bilang Innalillahi..”
Karena sudah jauh Mukidi tidak mendengar. Dan si unta terus berlari dengan kencang. Sampai akhirnya di kejauhan Mukidi melihat di depan ada jurang yang sangat dalam. Mukidi ketakutan, dan mencoba menghentikan onta: “Stop, stop, stoooop, stooop, oop, oop..!!”
Unta tetap berlari, jurang sudah terpampang di depan mata. “Mati gue!” kata Mukidi. Tahu dia akan jatuh kejurang dan mati.
Dalam kepanikannya dia berteriak: “Innalillahi..!!” sambil memejamkan mata pasrah. Unta mendadak berhenti. Dan ketika Mukidi membuka mata. Dia melihat persis di tepi jurang. Saking senangnya tidak jadi mati, Mukidi berteriak: “Alhamdullilah!”
PLUNG!!! …..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda tentang tulisan ini.....