Selasa, 14 April 2015

Sedikit Catatan Ekspedisi Surabaya

Hello Historian......
Surabaya dikenal sebagai kota pahlawan. Beragam peristiwa heroik yang pernah terjadi di kota ini merupakan alasannya. Salah satu peristiwa yang terkenal adalah peristiwa 10 November 1945, di mana pada saat itu para pejuang Indonesia dengan gagah berani melawan penjajah. Hampir semua bagian kota Surabaya menjadi saksi perjuangan para pahlawan kita. Sekitar lima puluh situs yang saat ini tercatat sebagai bangunan atau tempat bersejarah. Di tempat-tempat tersebut didirikan pula monumen yang bertujuan mengenang jasa mereka. Jika berkunjung ke kota Surabaya, sempatkan diri berwisata sejarah guna bersantai sambil menambah pengetahuan.

Heroisme di Monumen Tugu Pahlawan

Jika hendak ber-historical trip di Surabaya ada baiknya memulai dengan obyek yang terkenal lebih dahulu. Salah satu obyek itu adalah Tugu Pahlawan. Tugu pahlawan memang sudah terkenal ke penjuru negeri. Seolah menjadi simbol kota Surabaya. Bangunan yang dibangun enam tahun setelah 10 November 1945 ini memiliki tinggi sekitar 40 meter dengan bentuk menyerupai pensil. Ketenaran tugu ini pernah disebut-sebut sebagai tugu termegah kedua, setelah Tugu Monas di Jakarta.
Tugu ini berdiri di atas lahan seluas 2,5 hektar dan berada dalam kompleks Monumen Tugu Pahlawan yang diresmikan langsung oleh Presiden Republik Indonesia waktu itu, Ir. Soekarno, serta didampingi oleh Walikota Surabaya, R Moestadjab Soemowidigo. Letaknya yang strategis di jantung kota Surabaya, yakni di Jalan Pahlawan, membuat tugu ini mudah sekali ditemui.
Tugu Pahlawan Surabaya
Di Pintu kompleks monumen, pengunjung akan disambut oleh tampilan dua gapura berwarna emas yang unik. Memasuki kawasan tempat parkir monumen, pengunjung bisa menyaksikan cuplikan perkembangan kota Surabaya dari dahulu hingga sekarang melalui relief yang terpasang di sana. Di pintu masuk utama yang menuju Tugu Pahlawan, terdapat sebuah patung proklamasi. Meski moment proklamasi tidak berlangsung di kota Surabaya, pernyataan kemerdekaan itulah yang menjadi penyemangat para pahlawan berjuang bagi kemenangan bumi Indonesia, maka tidak heran patung ini didirikan. Selain itu patung tersebut bisa menjadi media untuk menjaga semangat para pengunjung akan detik-detik ketika kemerdekaan Indonesia dicanangkan.
Di dalam areal Tugu Pahlawan, pengunjung dapat sepuasnya memandangi tugu sambil mengabadikan diri dengan penuh keceriaan. Ditambah lagi keberadaan taman yang mengililingi tugu, menjadikan pengambilan moment diri menjadi lebih indah. Jika semangat historical trip serasa terhenti ketika melihat tugu, pulihkan kembali dengan mengunjugi museum yang di sana. Museum di kompleks ini cukup unik. Sepintas terlihat seperti piramida kecil di kanan dan kiri tugu. Namun jika diperhatikan secara seksama, pintu masuk museum mengarah ke bawah tanah. Sehingga keberadaannya jarang diketahui khalayak, terutama bagi mereka yang belum pernah menginjakkan kaki di bumi Surabaya. Museum memang sengaja dibangun di bawah tanah, tujuannya mungkin efisiensi lahan mengingat disekitar kompleks monumen telah berdiri sederet perkantoran dan pusat bisnis, sehingga tidak ada lahan untuk membangun museum di luar kompleks.
Di dalam museum pengunjung bisa menikmati wisata bersejarah sepuasnya. Bangunan yang dibangun tahun 2000 ini memiliki sejumlah koleksi senjata yang digunakan pada peritiwa 10 November 1945. Ada juga peta-peta yang menggambarkan invasi tentara Tar-Tar ke Hujung Galuh, beberapa peninggalan milik Bung Tomo, bendera laskar pejuang ketika pertempuran bersejarah terjadi, dan peta maket Surabaya pada tahun 1945 lengkap dengan system pencahayaan dan detector asap. Ditambah dengan keberadaan ruang Auditorium Visual untuk menyaksikan film dokumenter tentang Pertempuran 10 November 1945 berdurasi 25 menit yang diputar enam kali sehari. Dan masih banyak lagi. Sungguh tempat yang cocok bagi mereka yang haus ilmu pengetahuan sekaligus hiburan.
Sebelum dibangun kompleks Monumen Tugu Pahlawan, lahan seluas 2,5 hektar itu merupakan Kantor Raad Van Justitie atau Gedung Pengadilan Tinggi semasa penjajahan Belanda.

Bangunan Sekitar Tugu Pahlawan

Sekitar kompleks monumen terdapat beberapa situs bersejarah lainnya. Di utara tugu terdapat bekas rel kereta api yang menjadi salah satu tempat berdarah paling mengerikan di masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tidak jauh dari situ, terdapat kantor megah berwarna putih yang dihiasi menara jam yang cukup besar. Dahulu bangunan itu merupakan bangunan milik Belanda sebagai salah satu istana mereka. Saat ini gedung tersebut digunakan sebagai Kantor Gubernut Jawa Timur.

Kesaksian Jembatan Merah

Selanjutnya, perjalanan bisa dilanjutkan menuju Jembatan Merah Surabaya. Dahulu Jembatan Merah merupakan pusat kota Surabaya. Sekitarnya menjadi tempat singgah para pedagang asing dari beragam etnis. Pada masa pendudukan Belanda, dibagilah daerah pemukiman khusus Arab, China, dan negara-negara Eropa.
Jembatan Merah Surabaya masa kini
Kembalinya sekutu di pertengahan tahun 1945 turut mempengaruhi penduduk Jembatan Merah dan sekitarnya. Terjadi pertempuran berdarah di sekitar Jembatan Merah hingga sekitar Gedung Istana (saat ini Kantor Gubernur Jawa Timur).
Akhir Oktober, Markas besar sekutu di seberang Jembatan Merah, Gedung Internatio, dikepung arek-arek Surabaya. Mereka menuntut sekutu untuk mundur hingga ke Tanjung Perak. Namun hal ini tidak segera ditanggapi sekutu. Rakyat pun marah hingga terjadi peristiwa tembak-menembak yang menewaskan pimpinan besar sekutu, AWS. Mallaby, tidak jauh dari Jembatan Merah.
Bertahun-tahun kemudian dibangun Monumen Jembatan Merah di barat Jembatan Merah sebagai wujud penghargaan terhadap para pejuang. Sayang kemegahan monumen tersebut digeser oleh kehadiran sebuah pusat perbelanjaan modern yang terletak persis di belakang monumen.
Selain itu, Jembatan Merah juga menjadi saksi sejumlah peristiwa penting. Misalnya perkembangan daerah pecinan di timur jembatan, aksi “bersih-bersih” pemkot terhadap para pemukim liar di sepanjang sungai yang mengalir di bawah jembatan.
Meski menjadi salah satu historical place, keberadaan Jembatan Merah kurang mendapat perhatian dari pemerintah kota dan warga. Ini terlihat dari perilaku masyarakat sekitar yang sekedar lalu lalang di sana. Arsitektur modern telah menggantikan suasana di sana. Gedung-gedung penting sekitar jembatan telah berubah menjadi pusat bisnis.

Tragedi Penyobekan Bendera

Kembalinya sekutu ke Indonesia, khususnya Surabaya, disambut amat pedas oleh arek-arek Surabaya. Ditambah lagi perilaku para anggota sekutu. Ketika itu tanggal 19 September 1945, tiang bendera di kanan gedung Hotel Yamato/Oranye mengibarkan Merah-Putih-Biru. Hal ini tentunya membuat pemuda Surabaya marah besar. Setelah melalui cara persuasif tidak berhasil, akhirnya beberapa orang nekad memanjat dan menyobek warna biru pada bendera tersebut, sambil berteriak “MERDEKA! MERDEKA!” . Tindakan heroik tersebut dibalas tembakan oleh sekutu, empat pemuda tewas ketika itu: Sidik, Mulyadi, Hariono dan Mulyono. Semenjak itu, Hotel Yamato menjadi saksi semangat nasionalisme pemuda Indonesia di tahun 1940-an. Membuatnya menjadi salah satu situs sejarah yang penting.
Saat ini Hotel Yamato berubah nama menjadi Hotel Majapahit. Sepintas arsitektur peninggalan masa penjajahan tetap dipertahankan. Hanya saja nampak lebih modern dengan penghijauan di sana-sini serta pewarnaan gedung yang indah. Keindahan boleh jadi mempesona. Jangan biarkan keindahan merubah “warna” yang dulu melekat padanya. Apalagi semangat nasionalisme pemuda di era 1940-an menjadi luntur termakan zaman. Jika berkunjung ke Surabaya, sempatkan mengunjungi Hotel Majapahit dan resapi sebuah warna yang pernah ada di sana.

Monumen-monumen lain

Monumen Bambu Runcing dibangun di pusat kota Surabaya
Selain kedua monumen di atas, masih banyak monumen-monumen yang dibangun. Misalnya Patung Bambu Runcing yang terletak di kawasan Jalan Pemuda. Bambu Runcing membawa peran penting di masa penjajahan, sebab bambu runcing merupakan alat satu-satunya yang dimiliki para pejuang Indonesia. Dengan alat itu para pejuang berhasil mengalahkan penjajah. Ada juga patung-patung para tokoh penting, sebut saja Bung Tomo yang pernah menjadi pemimpin perjuangan Arek-arek Surabaya, Jendral Soedirman, mantan Gubernur Jawa Timur RM. Suryo, dan lain-lain.
Beberapa situs di atas hanya sedikit dari puluhan situs lain yang ada di Surabaya yang masih eksis hingga sekarang, walau peminat akan historical places mulai menurun. Keutuhan dan kelestarian situs-situs bersejarah di sana nampaknya diwujudkan sebagai tanggung jawab diterimanya julukan Surabaya Kota Pahlawan. Suatu perilaku yang patut dicontoh kota-kota lain di Nusantara. Tentunya disertai dengan penanaman nilai ke-Indonesia-an serta wawasan lokal bagi seluruh warga masing-masing, agar obyek tersebut tidak punah ditinggal peminatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda tentang tulisan ini.....