Hello Historian......
Simposium Nasional Pengajaran Sejarah dengan tema “Revolusi Pembelajaran Sejarah Di Indonesia” yang dilaksanakan atas Kerjasama Direktorat Sejarah bersama Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) dilaksanakan pada 22-24 Februari 2019 di Yogyakarta. Bertempat di Lembaga Pengendalian Mutu Pendidikan D.I. Yogayakarta (LPMP DIY) simposium berjalan lancar penuh khidmat.
Dalam pelaksanaan simposium hadir sebagai narasumber Prof. Dr. Sri Margana Guru Besar Sejarah Universitas Gadjah Mada Prof. Dr. Hermanu Guru Besar Pendidikan Ilmu Sejarah Universitas Negeri Sebelas Maret, dan Dr. Dyah Kumala Sari Universitas Negeri Yogyakarta. Yang dalam paparannya menyampaikan tentang berbagai isu-isu mutakhir tentang pengembangan pengetahuan sejarah masa kini.
Prof. Dr. Hermanu dalam paparannya, menyampaikan bahwa pengajaran sejarah harus diubah dari sekedar teks menjadi tematik dengan cara memberikan simulasi sejarah kepada anak didik. Pendidikan sejarah di arahkan untuk menanamkan nilai-nilai humanis seperti self interest, shympaty; humanity; morality; dan religiosity yang merupakan bagian dari bentuk civic nationalism.
Berbeda dengan pembicara sebelumnya, Prof. Dr. Sri Margana menyampaikan pentingnya holistifikasi dalam pengajaran sejarah, informasi kesejarahan harus dipandang dengan pandangan yang holistik secara komprehensif sebagaimana ia menyampaikan tentang bagaimana sebuah keris yang menjadi sebuah informasi yang fenomenal setelah diketahui bahwa keris tersebut adalah keris yang dibawa kapal Belanda untuk diserahkan sebagai hadiah saat perkawinan ratu Wilhemina oleh Sunan Pakubowono IV.
Hadir sebagai pembicara terakhir dalam simposium tersebut Dr. Dyah Kumala Sari menyampaikan tentang arti penting The Fourth Industrial Revolution (Revolusi Industri 4.0) dalam pengembangan pembelajaran sejarah, baginya Gejala transformasi pendidikan pengajaran sejarah tidak terlepas dari beberapa hal diantaranya kemajuan teknologi dan peristiwa sejarah itu sendiri proses problem solving memberikan banyak manfaat dalam pembentukan critical thinking sehingga diharapkan pendekatan kemajuan teknologi dapat membawa inovasi dalam membangun kesadaran sejarah.
Selain simposium yang di hadiri oleh 350 Orang Guru Sejarah Seluruh Indonesia dalam kesempatan tersebut juga dipresentasikan 150 karya best practice guru dari seluruh Indonesia, dan Musyawarah Kerja Nasional AGSI yang diakhiri dengan lawatan sejarah ke objek-objek bersejarah di Yogyakarta di hari terakhir.
Simposium Nasional Pengajaran Sejarah dengan tema “Revolusi Pembelajaran Sejarah Di Indonesia” yang dilaksanakan atas Kerjasama Direktorat Sejarah bersama Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) dilaksanakan pada 22-24 Februari 2019 di Yogyakarta. Bertempat di Lembaga Pengendalian Mutu Pendidikan D.I. Yogayakarta (LPMP DIY) simposium berjalan lancar penuh khidmat.
Dalam pelaksanaan simposium hadir sebagai narasumber Prof. Dr. Sri Margana Guru Besar Sejarah Universitas Gadjah Mada Prof. Dr. Hermanu Guru Besar Pendidikan Ilmu Sejarah Universitas Negeri Sebelas Maret, dan Dr. Dyah Kumala Sari Universitas Negeri Yogyakarta. Yang dalam paparannya menyampaikan tentang berbagai isu-isu mutakhir tentang pengembangan pengetahuan sejarah masa kini.
Prof. Dr. Hermanu dalam paparannya, menyampaikan bahwa pengajaran sejarah harus diubah dari sekedar teks menjadi tematik dengan cara memberikan simulasi sejarah kepada anak didik. Pendidikan sejarah di arahkan untuk menanamkan nilai-nilai humanis seperti self interest, shympaty; humanity; morality; dan religiosity yang merupakan bagian dari bentuk civic nationalism.
Berbeda dengan pembicara sebelumnya, Prof. Dr. Sri Margana menyampaikan pentingnya holistifikasi dalam pengajaran sejarah, informasi kesejarahan harus dipandang dengan pandangan yang holistik secara komprehensif sebagaimana ia menyampaikan tentang bagaimana sebuah keris yang menjadi sebuah informasi yang fenomenal setelah diketahui bahwa keris tersebut adalah keris yang dibawa kapal Belanda untuk diserahkan sebagai hadiah saat perkawinan ratu Wilhemina oleh Sunan Pakubowono IV.
Hadir sebagai pembicara terakhir dalam simposium tersebut Dr. Dyah Kumala Sari menyampaikan tentang arti penting The Fourth Industrial Revolution (Revolusi Industri 4.0) dalam pengembangan pembelajaran sejarah, baginya Gejala transformasi pendidikan pengajaran sejarah tidak terlepas dari beberapa hal diantaranya kemajuan teknologi dan peristiwa sejarah itu sendiri proses problem solving memberikan banyak manfaat dalam pembentukan critical thinking sehingga diharapkan pendekatan kemajuan teknologi dapat membawa inovasi dalam membangun kesadaran sejarah.
Selain simposium yang di hadiri oleh 350 Orang Guru Sejarah Seluruh Indonesia dalam kesempatan tersebut juga dipresentasikan 150 karya best practice guru dari seluruh Indonesia, dan Musyawarah Kerja Nasional AGSI yang diakhiri dengan lawatan sejarah ke objek-objek bersejarah di Yogyakarta di hari terakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda tentang tulisan ini.....