Selasa, 03 November 2015

Materi dan Latihan Soal "Tahapan Penelitian Sejarah"

Hello Historian......

Penelitian sejarah sebagaimana halnya penelitian ilmiah lainnya memerlukan data dan prosedur ilmiah. Beda penelitian sejarah dengan penelitian lain, adalah terletak pada obyek yang diteliti. Obyek penelitian sejarah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Untuk dapat memahami dengan baik materi bab 3 ini, ikuti uraian berikut ini dengan seksama!

A. Langkah-langkah dalam Penelitian Sejarah
1. Menulis Kembali Peristiwa Masa Lampau
Peristiwa masa lampau meninggalkan jejak dan jejak peristiwa sejarah ini menjadi sumber penulisan sejarah. Dari sumber-sumber sejarah baik yang berupa sumber lisan, tertulis maupun benda, diteliti secara cermat, dibandingkan, kemudian diinterpretasikan dan akhirnya disusun menjadi suatu kisah sejarah yang mudah dipahami dan menarik.
Untuk dapat menulis kembali peristiwa masa lampau menjadi suatu tulisan yang mudah dipahami dan menarik, diperlukan suatu metode. Metode penelitian sejarah lazim disebut metode sejarah. Metode adalah cara, jalan, atau petunjuk pelaksanaan teknis. Metode berbeda dengan metodologi. Metodologi adalah "science of methods", yaitu ilmu yang membicarakan petunjuk pelaksanaan teknik penelitian ilmu pengetahuan. Adapun yang dimaksud dengan penelitian adalah penyelidikan yang saksama dan teliti terhadap suatu masalah, baik untuk mendukung atau menolak suatu teori atau untuk mendapatkan kebenaran. Oleh karena itu, metode sejarah dalam pengertian umum adalah penyelidikan terhadap peristiwa masa lampau dengan menggunakan jalan pemecahan melalui metode sejarah. Menurut Gilbert J. Garraghan (1975 ) bahwa metode penelitian sejarah adalah seperangkat aturan atau prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumbersumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis dan mengajukan sintesis dari hal-hal yang dicapai dalam bentuk tertulis. Senada dengan pengertian ini, Louis Gottschalk, (1975) mengatakan metode sejarah adalah suatu kegiatan mengumpulkan, menguji dan menganalisis data yang diperoleh dari peninggalan-peninggalan masa lampau kemudian direkonstruksikan berdasarkan data yang diperoleh sehingga menghasilkan kisah sejarah. 

Langkah-langkah metode sejarah adalah sebagai berikut.

a. Heuristik
Heuristik berasal dari kata Yunani heurishein, artinya memperoleh. Menurut G.J. Reiner (1997), heuristik adalah suatu teknik, mencari dan mengumpulkan sumber. Dengan demikian heuristik adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan sumber. Dalam hubungan penelitian, peneliti mengumpulkan sumber-sumber yang merupakan jejak sejarah atau peristiwa sejarah. Suatu prinsip di dalam heuristik adalah sejarawan harus mencari sumber primer. Sumber primer dalam penelitian sejarah adalah sumber yang disampaikan oleh saksi mata. Hal ini dalam bentuk dokumen, misalnya catatan sidang, catatan rapat, daftar anggota organisasi, dan arsip laporan pemerintah atau organisasi. Sedangkan dalam sumber lisan yang dianggap primer ialah wawancara langsung dengan pelaku peristiwa atau saksi mata. Adapun sumber koran, majalah, dan buku adalah sumber sekunder. Dengan demikian langkah heuristik adalah mencari sumber primer, apabila tidak memungkinkan baru sumber sekunder.
Untuk penelitian dokumen library research, yang dilakukan peneliti melakukan telaah dokumen dan membuat catatan. Apabila sumber lisan, teknik yang dilakukan adalah wawancara atau interview. Wawancara langsung dengan saksi atau pelaku peristiwa dapat dianggap sebagai sumber primer, manakala sulit sekali didapat sumber tertulis. Namun wawancara juga bisa merupakan sumber sekunder, apabila fungsi wawancara itu sebagai bahan penjelas atau pelengkap dari sumber tertulis.

b. Verifikasi (kritik sumber)
Setelah sumber sejarah terkumpul, maka langkah berikutnya ialah verifikasi atau lazim disebut juga dengan kritik sumber untuk memperoleh keabsahan sumber. Dalam hal ini yang harus diuji ialah keabsahan tentang keaslian sumber (otentisitas) yang dilakukan melalui kritik ekstern dan keabsahan tentang kesahihan sumber (kredibilitas) yang ditelusuri lewat kritik intern. Dengan demikian, kritik sumber ada dua, yakni kritik ekstern dan kritik intern.

1) Keaslian sumber (Otentisitas)
Peneliti melakukan pengujian atas asli tidaknya sumber, berarti ia menyeleksi segi-segi fisik dari sumber yang ditemukan. Bila sumber itu merupakan dokumen tertulis, maka harus diteliti kertasnya, tintanya, gaya tulisannya, bahasanya, kalimatnya, ungkapannya, kata-katanya, dan hurufnya.

2) Kesahihan sumber (Kredibilitas)
Pertanyaan pokok untuk menetapkan kredibilitas ialah "bukti-bukti yang terkandung dalam sumber". Sebagaimana telah dikemukakan dalam uraian terdahulu, bahwa kesaksian dalam sejarah merupakan faktor paling menentukan sahih dan tidaknya bukti atau fakta sejarah itu sendiri. Menurut Gilbert J. Garraghan (1957), kekeliruan saksi pada umumnya ditimbulkan oleh dua sebab utama : pertama, kekeliruan dalam sumber informasi yang terjadi dalam usaha menjelaskan, menginterpretasikan atau menarik kesimpulan dari suatu sumber. Setiap usaha untuk menentukan faktor yang sebenarnya juga dapat dengan mudah mengakibatkan kekeliruan. Kedua, kekeliruan dalam sumber formal. Penyebabnya adalah kekeliruan yang disengaja terhadap kesaksian yang pada mulanya penuh kepercayaan; detail kesaksian tidak dapat dipercaya; dan para saksi terbukti tidak mampu menyampaikan kesaksiannya secara sehat, cermat dan jujur. Atas semua penyebabkekeliruan ini, akan lebih tepat bila menelusuri kredibilitas sumber berdasarkan proses-proses dalam kesaksian. Oleh karena itu, kritik dilakukan sebagai alat pengendalian atau pengecekan proses-proses itu serta untuk mendeteksi adanya kekeliruan yang mungkin terjadi.
c. Interprestasi 
Interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut juga dengan analisis sejarah. Analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber. Jadi interpretasi untuk mendapatkan makna dan saling hubungan antara fakta yang satu dengan yang lainnya. Di dalam proses interpretasi sejarah, seorang peneliti harus berusaha mencapai pengertian faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa. Data sejarah sering mengandung beberapa sebab yang dapat membantu mencapai hasil. Akan tetapi, mungkin juga sebab yang sama dapat mengantarkan hasil yang berlawanan.

d. Historiografi
Langkah terakhir metode sejarah ialah historiografi, yakni merupakan cara penulisan, pemaparan atau penulisan laporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Penulisan hasil laporan hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian dari fase awal hingga akhir (penarikan kesimpulan).
Penyajian penelitian secara garis besar dan sederhana terdiri atas tiga bagian, yakni : (1) pendahuluan, (2) pembahasan ( hasil penelitian) dan (3) penutup. Setiap bagian biasanya dijabarkan dalam bab-bab atau subbab. Di samping itu pada bagian depan ada halaman judul, kata pengantar, dan daftar isi. Dalam hal ini bisa ditambahkan daftar tabel atau daftar gambar, sedangkan di bagian akhir ada daftar pustaka dan lampiran. 
Pendahuluan, antara lain meliputi : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan metode penelitian. Pembahasan/hasil penelitian adalah penjabaran dari rumusan masalah, misalnya rumusan masalah tiga (a, b, dan c), maka pembahasannya juga a, b, dan c. Penutup, terdiri dari simpulan yang merupakan hasil dari analisis terhadap data dan fakta yang telah dihimpun atau merupakan jawaban terhadap rumusan yang telah dirumuskan. Kesimpulan dirumuskan secara ringkas, jelas, dan tegas. Saran berkaitan dengan kesimpulan yang dinyatakan secara operasinal (jelas) kepada siapa ditujukan dan apa saran yang disampaikan. 
Menurut Kuntowijoyo (2000) sebelum keempat langkah itu sebenarnya ada satu kegiatan penting, yakni pemilihan topik/judul dan rencana penelitian. Topik/judul penelitian memuat masalah atau objek yang harus dipecahkan melalui penelitian. Dalam sebuah judul penelitian sejarah, biasanya terdiri dari : (1) masalah, objek atau topik penelitian; (2) subyek; (3) lokasi atau daerah; (4) tahun atau waktu terjadinya peristiwa; dan kadang disebutkan pula (5) metode penelitian. 
Contoh karya Sartono Kartodirdjo dengan judul : Pemberontakan Petani Banten 1888. Rinciannya (1) objeknya ialah pemberontakan; (2) subjeknya petani; (3) lokasinya di Jawa khususnya di Banten; dan (4) waktu tahun 1888.

2. Bentuk Penelitian Sejarah
Dalam rangka mengungkapkan kembali peristiwa-peristiwa masa lampau, para sejarawan melakukan serangkaian proses penelitian dengan metode-metode ilmiah (metode sejarah). Dilihat dari pengumpulan datanya, ada dua jenis penelitian sejarah, yakni penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan.

a. Penelitian Lapangan
Dalam melakukan penelitian ada beberapa cara atau teknik yang dilakukan oleh seorang sejarawan. Ada seorang sejarawan yang datang ke tempat terjadinya peristiwa bersejarah atau ke tempat penemuan peninggalan-peninggalan bersejarah. Jika peninggalan-peninggalan sejarah itu sudah tersimpan di museum, maka seorang peneliti sejarah dapat melakukan penelitian di museum. Namun, jika seorang peneliti sejarah ingin mendapatkan keterangan langsung dari pelaku sejarah atau saksi sejarah yang masih hidup sebagai sumber lisan, maka peneliti sejarah dapat melakukan wawancara (interview).

b. Penelitian Kepustakaan
Dalam melakukan penelitian kepustakaan seseorang peneliti sejarah memusatkan perhatiannya untuk memperoleh data tertulis (dokumen). Dokumen ini tersimpan di museum atau perpustakaan, seperti kitab-kitab kuno, kronik atau berita Cina, arsip-arsip VOC, autobiografi, rekaman video, buku-buku, surat kabar dan sebagainya. Itu semua merupakan dokumen yang penting bagi penelitian sejarah. Oleh karena itu, penelitian kepustakaan sering disebut juga penelitian dokumenter.


Kegiatan 1 (Kelompok)

Setelah Anda memahami langkah-langkah penelitian sejarah, dan melihat contoh judul-judul; maka lakukan penelitian secara sederhana namun memenuhi kaidah ilmiah.
- Pilih salah satu penelitian lapangan atau penelitian dokumen
- Susun laporan dalam bentuk paper atau karya tulis (±10 halaman).
- Hasilnya dikumpulkan


B. Sumber, Bukti dan Fakta Sejarah 

1. Sumber Sejarah 
Peristiwa yang terjadi dan dialami oleh manusia pada masa lampau meninggalkan jejak-jejak. Peninggalan itu dijadikan objek yang perlu diteliti, dikaji dan disimpulkan oleh sejarawan. Objek yang diteliti melalui tahap heuristik dan kritik dalam prosedur dan metode sejarah meliputi artefak dan tulisan. Proses untuk menguji dan mengkaji kebenaran rekaman dan peninggalan-peninggalan masa lampau dengan menganalisis secara kritis bukti-bukti dan data yang ada sehingga menjadi sajian dan cerita sejarah yang dapat dipercaya, disebut metode sejarah
Sejarah yang kita pelajari sebenarnya adalah kisah yang sudah disusun secara ilmiah oleh sejarawan. Peristiwa-peristiwa masa lampau disusun menjadi kisah, berdasarkan jejak-jejak yang ditinggalkan. Peninggalan-peninggalan masa lampau
inilah yang disebut dengan sumber sejarah.
Sumber sejarah adalah bahan-bahan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang terjadi pada masa lampau Menurut bentuknya, sumber sejarah dapat dibagi menjadi empat, yakni :
(a) sumber lisan, (b) sumber tertulis, (c) sumber rekaman , dan (d) sumber benda.
a. Sumber lisan 
Sumber lisan adalah keterangan langsung dari pelaku atau saksi dari suatu peristiwa sejarah. Dalam sejarah kontemporer, banyak pelaku dan saksi sejarah yang masih hidup. Misalnya di zaman pendudukan Jepang, Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Perang Kemerdekaan, Demokrasi Liberal, Demokrasi Terpimpin, Peristiwa G 30 S PKI 1965, Orde Baru dan sebagainya. Mereka menjadi sumber sejarah yang penting sebagai pelengkap dari kekurangan atau kekosongan dokumen dari masa-masa tersebut.

b. Sumber tertulis 
Sumber tertulis adalah keterangan tertulis yang berkaitan dengan peristiwa sejarah. Ada yang menyebut juga sumber tertulis ini adalah sumber dokumenter, sebab sumber ini berupa bahan sejarah dalam bentuk tulisan. Macamnya antara lain : prasasti, kronik, babad, piagam, dokumen, laporan, arsip, dan surat kabar.





Menurut begawan sejarah Indonesia yakni Sartono Kartodirdjo, sumber tertulis dapat diklasifikasikan menjadi berikut ini.

1) Otobiografi
Otobiografi sangat berguna bagi psikologi, karena di dalam dokumen seperti itu memuat faktor-faktor subjektif, seperti segi-segi afektif, motivasi, harapan-harapan, dan pengalaman. Otobiografi dapat pula memberikan data tentang faktor-faktor subjektif, misal nilai sosial, proses sosial, situasi sosial, dan perubahan sosial.
2) Surat Pribadi, 
Catatan atau Buku Harian, dan Memoar Surat pribadi sebagai bahan dokumenter biasanya memuat hal-hal penting, seperti : tata susila dan adat istiadat, pokok pembicaraan tentanghubungan dan lembaga sosial. Contohnya ialah surat-surat R.A. Kartini kepada Nyonya Abendanon, yang terkumpul dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Buku ini memuat idealisme tokoh wanita Indonesia tentang emansipasi, tradisi kuno yang ada di lingkungan keluarga bupati, cara mendidik anak perempuan, kedudukan wanita dalam kehidupan keluarga dan masyarakat Jawa pada permulaan abad ke-20. Buku harian merupakan dokumen yang sangat pribadi sifatnya. Dokumen semacam ini jarang sekali didapatkan. Di Indonesia buku harian baru dikenal pada beberapa dekade terakhir dan terbatas pada kalangan pejabat pemerintah atau kaum elite saja. Contohnya adalah Jakarta Diary dari Mochtar Lubis yang banyak memuat tentang situasi masyarakat Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin. Sejenis dengan surat pribadi ialah memoar. Kebanyakan memoar merupakan kisah perjalanan, sehingga bisa didapatkan data tentang keadaan suatu negeri, kota atau pun daerah. Kisah perjalanan yang ditulis oleh Tome Pires di dalam Suma Oriental, misalnya memberikan gambaran struktur sosial dari masyarakat muslim pada abad ke-16 di kerajaan dan kota pantai, seperti Malaka dan kota-kota pantai utara Jawa Timur khususnya Tuban. 
3) Surat Kabar
Data yang dimuat dalam surat kabar kadang telah menunjukkan fakta, di samping juga merupakan opini, interpretasi dan pikiranpikiran spekulatif. Surat kabar berguna untuk melengkapi dokumendokumen lain bahkan merupakan dokumen inti untuk membantu penentuan tanggal dari sumber lain.
4) Cerita Roman
Karya sastra seperti roman atau novel pada dasarnya bukan hanya merupakan karya ekspresi seorang pengarang, tetapi kadang kala terungkap data keadaan sosial dari periode tertentu. Keadaan sosial seperi struktur sosial, kelas sosial dan lembaga-lembaga sosial, datanya bisa didapatkan dalam cerita roman. Contoh: Serat Centini, yaitu karangan yang menggambarkan kehidupan sosial dari periode awal dan pertengahan Mataram Islam.
5) Dokumen Pemerintah
Di dalam dokumen pemerintah biasanya dimuat keputusankeputusan, berita-berita, laporan-laporan pemerintah tentang peristiwaperistiwa, laporan tahunan, data statistik, pernyataan pemerintah dan sebagainya.

c. Sumber rekaman 
Sumber rekaman dapat berupa rekaman kaset audio dan rekaman kaset video. Banyak peristiwa sejarah yang dapat terekam, misalnya Masa Pendudukan Jepang, Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Perang Kemerdekaan dan sebagainya.

d. Sumber benda 
Sumber benda disebut juga sebagai sumber korporal, yaitu benda-benda peninggalan masa lampau, seperti : bangunan, kapak, gerabah, perhiasan, patung, candi, gereja, masjid, dan sebagainya. Masih berkaitan dengan sumber sejarah, berdasarkan penuturan atau urutan penyampaiannya, dapat dibagi menjadi sumber primer, sumber sekunder dan sumber tersier. Sumber Primer (sumber pertama) ialah sumber sejarah yang asli. Contohnya prasasti, piagam, patung, candi, masjid yang berasal dari zamannya. Sumber Sekender (sumber kedua) ialah sumber sejarah yang berupa garapan terhadap sumber asli. Contohnya, prasasti turunan, terjemahan kitab-kitab dan laporan penelitian. Sumber Tersier (sumber ketiga) yaitu buku-buku sejarah yang disusun berdasarkan laporan hasil penelitian para ahli sejarah tanpa melakukan penelitian langsung. 





2. Bukti dan Fakta Sejarah
Sejarah umumnya ditulis berdasarkan pemikiran dan tindakan manusia di masa lampau. Oleh karena itu, sejarawan harus berusaha mengadakan penyelidikan untuk mengetahui segala yang dipikirkan dan diperbuat manusia pada masa itu. Dalam proses penyelidikan, sejarawan harus bekerja keras untuk memeroleh fakta-fakta sejarah dan dapat memaparkannya. Persoalannya ialah apakah semua pengetahuan masa lampau itu dapat dikatakan fakta? Menurut Sartono Kartodirdjo, (1992) fakta dapat digolongkan menjadi dua, 
Pertama adalah fakta yang masih lunak (cold facts/soft fact), yakni fakta yang masih labil, fakta yang masih perlu diselidiki atau diuji kebenarannya. Untuk menguji kebenaran fakta-fakta tersebut, sejarawan harus mendapatkan bukti-bukti yang kuat. Kedua adalah fakta yang keras (hard fact), yakni fakta yang sudah stabil, fakta yang sudah teruji kebenarannya. Contoh fakta yang masih lunak adalah pembunuhan J.F. Kennedy yang masih sangat kontroversial. Sedangkan fakta yang keras antara lain Declaration of Independence 1776, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diucapkan di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945, dua tokoh Proklamator Indonesia ialah Ir.Soekarno dan Drs. Moh. Hatta; itu semua telah pasti dan telah menjadi bukti dalam sejarah. 
Fakta merupakan bahan utama yang digunakan oleh sejarawan untuk menyusun cerita. Fakta adalah suatu pernyataan tentang sesuatu yang telah terjadi. Umumnya, fakta erat hubungannya dengan pertanyaan tentang apa, siapa, kapan dan di mana. Kegiatan dari masing-masing individu, tanggal-tanggal peristiwa lokasi atau tempat kejadian, objek-objek tertentu, semuanya adalah fakta. Kebenaran fakta tergantung pada keberadaan evidensi empiris sehingga setiap pengamat yang tertarik atau tidak memihak akan sependapat. Kebenaran atau kepalsuan dari pernyataanpernyataan semacam itu dapat diuji oleh setiap orang yang ingin melakukannya. Menurut E.H. Carr (1985), fakta ibarat goni, baru dapat berdiri sendiri setelah diisi di dalamnya. 
Fakta baru berbicara setelah sejarawan memilihnya untuk berbicara. Sejarawan sendirilah yang memutuskan alasan-alasan tertentu untuk menjadikan sesuatu, seseorang, peristiwa atau perbuatan-perbuatan sebagai fakta. Jadi, fakta sejarah tidak lain adalah keterangan atau kesimpulan tentang terjadinya peristiwa atas dasar bukti-bukti yang ditinggalkan sesudah mengalami pengujian secermat-cermatnya. Fakta sebenarnya telah merupakan produk dari proses mental atau emosional sejarawan. Oleh karena itu, pada hakekatnya fakta juga bersifat subyektif, memuat unsur dari subyek (Sartono Kartodirdjo, 1992).

C. Jenis-jenis Sejarah
Dalam perkembangan penelitian dan penulisan sejarah terutama sejak bagian kedua abad ke-20 para sejarawan mengenal dan menggunakan konsep-konsep sejarah sendiri maupun konsep-konsep yang diangkat dari ilmu-ilmu sosial. Ketika menganalisis berbagai peristiwa atau fenomena masa lampau, sejarawan menggunakan konsep-konsep dari berbagai ilmu sosial. Inilah yang dikenal dengan pendekatan interdisipliner atau multidimensional. Berkaitan dengan itu maka muncullah berbagai ragam historiografi yang dihasilkannya Selanjutnya ikuti penjelasan jenis-jenis sejarah tersebut di bawah ini.

1. Sejarah Politik
Sejarah politik menurut model sejarah lama yang mengutamakan diplomasi dan peran serta tokoh-tokoh besar dan pahlawan sudah tidak lagi memuaskan para sejarawan. Pemaparan deskriptif-naratif pada sejarah politik gaya lama digantikan dengan analisis kritis-ilmiah karena sejarah politik model baru telah menggunakan pendekatan dari berbagai ilmu-ilmu sosial. Cakrawala analisis semakin luas dan mendalam karena yang dibahas seperti masalah struktur kekuasaan, kepemimpinan, para elit, otoritas, budaya politik, proses mobilisasi, jaringan-jaringan politik dalam hubungannya dengan sistem sosial, ekonomi dan sebagainya.
2. Sejarah Sosial
Ruang lingkup masyarakat tingkat sejarah sosial cukup luas, yakni lapisan masyarakat dari tingkat atas sampai lapisan bawah. Sejarah Sosial mengkaji masalah sejarah masyarakat yakni kondisi masyarakat, kegiatan masyarakat, stratifikasi masyarakat dan sebagainya. Di antara bentuk-bentuk sejarah sosial itu, misalnya sejarah agraria yang mempunyai sub-sub cabang seperti sejarah pertanian dan sejarah pedesaan. Di Indonesia Prof. Sartono Kartodirdjo adalah pelopor dari sejarah sosial terkemuka. Jasanya besar dalam memelopori penulisan sejarah yang menggunakan pendekatan-pendekatan ilmu sosial. Salah satu karyanya yang berasal dari disertasinya ialah The Peasant's Revolt of Banten Indikatoar 1888 (1996) merupakan terobosan dalam historiografi Indonesia modern. 
3. Sejarah Ekonomi
Sejarah ekonomi adalah cabang sejarah yang paling cocok dengan teknik-teknik kuantitatif sehingga dianggap sebagai sains atau ilmu sosial. Sejarah ekonomi membahas masalah perekonomian bangsa-bangsa dari zaman purba hingga sekarang. Substansi sejarah ekonomi : produksi barang dan jasa, pekerjaan, penghasilan, harga dan lain-lain yang dapat diukur (dihitung ), apalagi unit-unit pengukur cukup standar sehingga dapat dibanding menurut ruang dan waktu di mana dan kapan saja.
4. Sejarah Kebudayaan
Ruang lingkup sejarah kebudayaan sangat luas. Semua bentuk manifestasi keberadaan manusia berupa bukti atau saksi seperti artefact (fakta benda), mentifact (fakta mental-kejiwaan), dan sociofact (fakta atau hubungan sosial) termasuk dalam kebudayaan. Semua perwujudan berupa struktur dan proses kegiatan manusia menurut dimensi etis dan estetis adalah kebudayaan. Sejarah kebudayaan adalah sejarah yang membahas hasil-hasil budaya manusia, dari masa lampau sampai sekarang.
5. Sejarah Etnis
Sejarah Etnis (Ethno history) mulai digunakan secara umum oleh para pakar anthropologi, arkeologi dan sejarawan sendiri sejak tahun 1940-an. Semula jenis sejarah ini mengkaji kelompok-kelompok etnis Indian di Amerika Serikat.Kemudian berkembang untuk penelitian sejarah penduduk pribumi bukan Eropa seperti di Asia, Afrika dan Australia (Aboriegin). Para sejarawan Etnis mencoba merekonstruksi sejarah dari kelompok-kelompok Etnis sejak sebelum kedatangan bangsa Eropa sampai dengan interaksi mereka dengan orang-orang Eropa. Sumber-sumber yang mereka gunakan selain dari bahan-bahan etnografi yang pernah ditulis tentang kelompok etnis itu, juga dari tradisi-tradisi lisan (oral traditional) yang masih bertahan di antara kelompok etnis tersebut. Ruang lingkup kajiannya meliputi aspek-aspek sosial, kebudayaan, ekonomi, kepercayaan dari masyarakat, intra-aksi dalam lingkungan kelompok, sistem kekerabatan, migrasi, perubahan-perubahan sosial, termasuk dampak interaksi dengan orang-orang Eropa.
6. Sejarah Intelektual
Sejarah intelektual pada hakekatnya menekankan pada alam pikir manusia pada masa lalu. Alam pikiran itu mempunyai struktur dan dianggap lebih dapat bertahan lama daripada struktur sosial-ekonomis. Pengaruh alam pikiran ini dianggap lebih langsung terhadap perbuatan manusia daripada struktur sosial ekonomis. Contoh konkret misalnya ideologi-ideologi politik seperti liberalisme, kapitalisme, sosialisme, nasionalisme, konservatisme dan sebagainya. Pandangan John Locke (1632-1704), Montesquieu (1689-1755), J.J. Rousseau (1712-1778), Hegel (1770-1831) dan lain-lain mengenai bidang teori politik mempunyai bekas yang mendalam dalam sejarah politik dan kelembagaan pemerintah di dunia Barat. Akhirnya segala sesuatu yang berhasil di capai oleh akal budi manusia pada masa lampau merupakan objek penelitian sejarah intelektual. Hasil-hasil dari revolusi ilmu pengetahuan pada "zaman akal" (age of reason) dengan segala macam aspeknya menjadi kajian sejarah intelektual. Begitu pula dengan hasil-hasil filsafat, sejarah, sastra, seni lukis, seni patung, arsitektur dan musik. Jadi, sejarah intelektual adalah kajian sejarah yang mempelajari "ideide" (ideas) yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
7. Sejarah Pendidikan
Di negara-negara Eropa (dan Amerika) perhatian kepada sejarah pendidikan mulai ada sejak abad ke-19 dan digunakan untuk bermacam-macam tujuan, terutama untuk membangkitkan kesadaran bangsa dan kesatuan kebudayaan, pengembangan profesi guru-guru, atau untuk kebanggaan terhadap lembagalembaga dan tipe-tipe pendidikan tertentu. Substansi dan tekanan dalam sejarah pendidikan bermacam-macam tergantung kepada maksud dan kajian, mulai tradisi pemikiran dan para pemikir besar dalam pendidikan, tradisi nasional, sistem pendidikan beserta komponen-komponennya, sampai kepada pendidikan dalam hubungannya dengan sejumlah elemen problematis dalam perubahan sosial atau kestabilan, termasuk keagamaan, ilmu pengetahuan (sains), ekonomi, dan gerakan-gerakan sosial. Esensi dari pendidikan itu sendiri sebenarnya ialah pengalihan (transmisi) kebudayaan (ilmu pengetahuan), teknologi, ide-ide dan nilai-nilai spiritual (serta estetika) dari generasi tua kepada generasi muda dalam setiap masyarakat atau bangsa. Oleh sebab itu, sejarah pendidikan mempunyai sejarah yang sama tuanya dengan masyarakat pelakunya sendiri, sejak dari pendidikan informal dalam keluarga batih, sampai dengan pendidikan formal dan non formal dalam masyarakat agraris maupun industri.
8. Sejarah Keluarga
Di Indonesia jenis sejarah keluarga atau "trah" ini belum berkembang, meskipun embrionya sudah ada pada masing-masing keluarga tertentu berupa silsilah-silsilah keluarga (family tree). Biasanya yang menyimpan silsilah keluarga ini keturunan-keturunan dari para mantan elit penguasa seperti : raja-raja, bangsawan, dan orang-orang kaya. Juga para elit agama, seperti kyai dari pesantren-pesantren tertentu. Sejarah keluarga ini tidak hanya terbatas pada keluarga pemegang kekuasaan saja, tetapi juga dapat berkembang pada keluarga-keluarga pengusaha, industri, perdagangan dan sebagainya.

Kegiatan 2 (Individu)
Pilih satu satu jenis sejarah di atas!
1. Tuliskan dalam bentuk karya!
2. Hasilnya serahkan kepada guru Anda!


D. Prinsip-prinsip Dasar Dalam Penelitian Sejarah Lisan
Di Asia Tenggara, sejak tahun 1960-an banyak perhatian dan kegiatan dicurahkan pada sejarah lisan. Sejarah lisan banyak diakui sebagi suatu cara untuk merekam dan mendokumentasikan perkembangan sejarah dan gejala sosial tertentu, sebab akan hilang tanpa disimpan melalui cara tersebut. Sejarah lisan juga dilihat sebagai usaha untuk menangkap warna dan perasaan dari pengalaman manusia yang dapat memperdalam pemahaman kita mengenai masa lampau. Dengan menangkap kenangan mereka yang pernah mengalami hal-hal itu, sejarah lisan menjalin hubungan antara masa kini dan masa lampau. 
Fungsi kearsipan yang pertama kali mendapat perhatian dari kalangan resmi, ketika disadari bahwa ada kekosongan dalam arsip-arsip mengenai dua pertistiwa penting di Asia Tenggara. Pertama, adalah Perang Dunia II yang merupakan titik balik dalam sejarah Asia Tenggara di mana arsip yang tersedia sangat sedikit dan tidak mencukupi. Selain sejumlah surat kabar, juga sangat sedikit dokumen yang merekam tiga setengah tahun pendudukan Jepang. Kedua adalah perjuangan melawan kolonialisme dan upaya merebut kemerdekaan. Lagi-lagi dokumen yang memuat hal-hal itu juga sangat sedikit dan tidak memuaskan. 
Sejarah lisan tidak saja akan mengisi kekosongan dalam kearsipan itu, tetapi juga akan menampilkan gambaran yang lebih lengkap dan lebih menyeluruh mengenai masa lampau, yang terkait dengan jati diri dan masa depan bangsa yang bersangkutan. Sejumlah negara di Asia Tenggara khususnya Lembaga Arsip Nasional telah aktif dalam kegiatan penelitian sejarah lisan. Di Malaysia telah dirintis sejak tahun 1963, menyusul Thailand tahun 1977, Indonesia tahun 1978 dan Singapura tahun 1979.
Menurut Aswi Warman Adam, sejarah lisan sebenarnya telah berkembang sejak lama. Herodotus, sejarawan Yunani yang pertama, telah mengembara ke tempat-tempat yang jauh untuk mengumpulkan bahan-bahan sejarah lisan. Sekitar 2400 tahun silam, Thucydides telah menggunakan kisah kesaksian langsung para prajurit yang ikut dalam Perang Peloponesus untuk menulis sejarah lisan. 
Di nusantara, para penulis hikayat juga menggunakan metode lisan untuk memperoleh data. Ungkapan " kata shibul hikayat" atau "menurut yang empunya cerita" di dalam sejarah tradisional memberikan petunjuk bahwa bahan yang dikisahkan itu tidak berasal dari penulis sendiri, melainkan dari orang lain dan dalam banyak hal diperoleh secara lisan. Pada abad ke-17 di Eropa mulai muncul kritik terhadap sejarah lisan, dan abad ke-19 sesuatu yang dianggap ilmiah adalah sejarah yang berdasarkan sumber tertulis. Charles Victor Longois dan Charles Seignobos dari Universitas Sobonne, Paris mengatakan bahwa: "The historian works with documents… There is no substitute for documents; no documents, no history". 
Sejarah lisan seakan "disisakan" bagi komunitas non-Eropa atau rakyat jelata. Sikap itu sebenarnya menghalangi sebagian besar penduduk dunia yang sejak lahir hingga mati tidak mengenal dokumen (resmi). Sementara itu sejarah masyarakat yang terjajah, yang tak berdaya, buruh, wanita, anak-anak dan minoritas etnis, lebih jarang muncul dalam sumber tertulis. Baru dalam abad ke-20, sejarah lisan kembali naik "pamor". Metode modern sejarah lisan berkembang di Amerika Serikat pada tahun 1930 dengan dilakukannya penelitian besar-besaran mengenai kenangan bekas para budak hitam. Satu dekade lebih kemudian, tepatnya pada tahun 1948, Allan Nevins mendirikan Pusat Sejarah Lisan yang pertama di Universitas Colombia, New York. Selanjutnya, disusul di negara-negara Kanada, Inggris, dan Italia berdiri lembaga-lembaga serupa dan kemudian negara-negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia. 
Hal ini sejalan dengan berkembangnya penelitian sejarah lisan serta pemanfaatannya oleh sejarawan, ditemukannya alat perekam (phonograph) pada tahun 1877, sehingga sejak tahun 1960-an tidak sulit untuk mendapatkan tape recorder. Satu hal yang perlu dipahami benar bahwa penelitian sejarah lisan, sumber utamanya ialah sumber lisan yang digali lewat wawancara. Teknik wawancara ini merupakan teknik yang paling banyak digunakan dalam penelitian kualitatif, terutama penelitian lapangan termasuk penelitian sejarah lisan. Secara umum kita mengenal dua jenis teknik wawancara, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur yang disebut wawancara mendalam (in-depthinterviewing). 
Tujuan utama dilakukan wawancara adalah untuk menyajikan konstruksi saat sekarang, wawancara dalam konteks mengenai para pribadi, peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, tanggapan atau dipersepsikan, tingkat dan bentuk keterlibatan dan sebagainya. Melalui wawancara dapat merekonstruksi pengalaman masa lampau, dan memroyeksikannya dengan harapan yang dapat terjadi di masa yang akan datang. 
Dengan demikian wawancara dalam penelitian sejarah lisan dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat terbuka (open-ended) dan mengarah kepada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak terstruktur, guna menggali pandangan subjek. Oleh karena itu, dalam hal ini subjek yang diteliti posisinya lebih berperan sebagai informan daripada sebagai responden. Wawancara mendalam ini dapat dilakukan dalam waktu dan kondisi konteks yang dianggap paling tepat guna mendapatkan data yang rinci, jujur dan mendalam. Untuk itu wawancara ini dapat dilakukan beberapa kali sesuai dengan keperluan peneliti, berkaitan dengan kejelasan dan kemantapan masalah. 
Dengan teknik wawancara ini berarti peneliti akan mendapatkan data sumber primer, yakni data langsung dari orang yang benar-benar memahami permasalahan yang sedang diteliti atau orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan kejadian atau peristiwa yang sedang digali atau diteliti. 
Dengan demikian, prinsip-prinsip dalam penelitian sejarah lisan adalah sebagai berikut.
1) Penelitian sejarah lisan adalah suatu penelitian yang sumber utamanya menggunakan sumber lisan.
2) Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data/informasi dalam penelitian sejarah lisan adalah wawancara, dan biasanya wawancara yang digunakan merupakan wawancara yang lentur, berlangsung akrab, luwes dan fleksibel. Teknik wawancara yang demikian dikenal dengan nama wawancara mendalam (in-depth- iterviewing). Agar wawancaranya bisa tuntas dan tidak menyimpang jauh dari apa yang telah direncanakan; maka sebelumnya pewawancara (yang akan menulis/meneliti dengan sumber utamanya lisan), bisa menyiapkan seperangkat pertanyaan atau biasa dikenal dengan nama pedoman wawancara.
3) Untuk mendapatkan data yang dipercaya lewat wawancara, dapat digunakan teknik kritik sumber atau trianggulasi sumber, yakni data yang sama diperoleh dari berbagai sumber. Dengan demikian datanya akan benarbenar valid, bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah. 
4) Setelah data terkumpul dan dilakukan interpretasi, maka langkah berikutnya adalah penulisan suatu karya atau historiografi.


RINGKASAN

a. Metode sejarah, yakni suatu kegiatan mengumpulkan, menguji dan menganalisis data yang diperoleh dari peninggalan masa lampau yang kemudian direkonstruksi menjadi suatu kisah sejarah (karya).
b. Langkah-langkah metode sejarah adalah heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.
c. Bentuk penelitian sejarah ada dua, yakni penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan.
d. Sumber sejarah adalah bahan-bahan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Macam sumber sejarah ialah lisan, tertulis dan benda.
e. Jenis-jenis penulisan sejarah sangat beragam, seperti sejarah politik, sejarah sosial, sejarah ekonomi, sejarah kebudayaan, sejarah demografi, sejarah intelektual, sejarah pendidikan, sejarah keluarga dan sebagainya.
f. Penelitian sejarah lisan adalah suatu penelitian yang sumber utamanya menggunakan sumber lisan, sedangkan metode penelitian yang digunakan sama, yakni metode sejarah.


EVALUASI

I. Berilah tanda silang (x) pada huruf A,B,C,D dan E di dapan jawaban yang tepat!

1. Sejarawan dapat menyusun peristiwa-peristiwa masa lampau menjadi kisah yang menarik, berdasarkan ....
a. jejak-jejak yang ditinggalkan
b. imajinasi si penulis
c. ramalan para tokoh-tokoh sejarawan
d. sumber-sumber benda pada masa lampau
e. kritik dan interpretasi penulis
2. Langkah-langkah metode sejarah secara berurutan ialah ....
a. kritik, heuristik, analisis dan penulisan
b. kritik, heuristik, penulisan dan penyajian
c. heuristik, kritik, interpretasi dan penulisan
d. heuristik, kritik, penulisan dan analisis
e. heuristik, kritik, penulisan dan pemahaman
3. Salah satu sifat konstan dari metode sejarah ialah ....
a. terdapat hukum sebab akibat yang pasti
b. terdapat ketentuan bahwa faktor X pasti menyebabkan timbulnya Y
c. tidak ada kepastian
d. terdapatnya ketidak-pastian dalam menuliskan kisah sejarah
e. terdapatnya penerapan hukum kausalitas yang berdasar pada kondisi, waktu dan tempat tertentu
4. Sumber sejarah beraneka ragam, salah satunya ialah prasasti. Prasasti termasuk ....
a. sumber lisan d. sumber tertulis
b. sumber benda e. sumber kuno
c. sumber sekunder
5. Suatu penelitian yang ingin mengungkap pengalaman seseorang yang masih hidup disebut ....
a. Oral History d. Life History
b. Written History e. Oral Tradition
c. Person History
6. Pengertian interpretasi ialah ....
a. menafsirkan sumber sejarah hingga mendapatkan fakta sejarah
b. menafsirkan fakta-fakta sejarah dan menyusunnya secara kronologis
c. menafsirkan fakta-fakta sejarah dalam kaitannya antara fakta yang satu dengan fakta yang lain, sehingga mendapatkan hubungan kausal rasional
d. melakukan seleksi sejarah
e. mendiskripsikan kisah sejarah
7. Di antara unsur-unsur sejarah berikut yang paling dapat mengalami perubahan ialah ....
a. unsur waktu d. unsur perilaku manusia
b. unsur ruang e. unsur lingkungan sosial
c. unsur ruang dan waktu

8. Sejarah politik baru, pembahasannya lebih menekankan pada hal-hal sebagai berikut, kecuali ....
a. struktur politik d. otoritas
b. kepemimpinan e. tokoh-tokoh besar
c. para elite
9. Berkaitan dengan penulisan sejarah lisan, tokoh sejarah yang telah mengggunakan kesaksian langsung dari para prajurit yang ikut dalam Perang Peloponesus ialah ....
a. Allan Nevins d. Cicero
b. Herodotus e. Thucydides
c. Charles Seignobos
10. Jenis sejarah yang paling cocok dengan teknik kuantitatif ialah ....
a. sejarah politik d. sejarah demografi
b. sejarah ekonomi e. sejarah budaya
c. sejarah keluarga

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan tepat!
1. Apa yang dimaksud dengan metode sejarah?
2. Sebut dan jelaskan langkah-langkah metode sejarah!
3. Apa yang dimaksud dengan sumber sejarah?
4. Kemukakan yang dimaksud dengan "pendekatan multidimensional"!
5. Jelaskan prinsip-prinsip dasar dalam penulisan sejarah lisan!


Refleksi
Setelah Anda mempelajari bab ini, diharapkan Anda sudah memahami dan menguasai materi tentang :
1. Metode sejarah
2. Langkah-langkah metode sejarah dan bentuk refleksi sejarah
3. Pengertian sumber, bukti, dan fakta sejarah
4. Jenis-jenis sejarah
5. Prinsip-prinsip dasar dalam penelitian sejarah lisan
Jika Anda belum memahami benar materi bab ini, ulangilah dengan membaca dan mendiskusikan dengan teman kelompok Anda atau tanyakan langsung kepada guru Anda sehingga benar-benar paham sebelum mempelajari materi berikutnya.


sumber :
http://sejarahsman2sampang.blogspot.co.id/2011/12/metode-penelitian-sejarah.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda tentang tulisan ini.....