Hello Historian......
Bagi dunia pendidikan, perkembangan teknologi bisa menjadi peluang maupun ancaman. Para pendidik mesti punya siasat khusus untuk mengendalikan kecanggihan teknologi dalam dunia belajar-mengajar.
Konselor pendidikan Itje Chodijah bahkan mengaku sempat resah dengan perkembangan teknologi. Kecanggihan teknologi dikhawatirkan membuat para pendidik menjadi cuek dan menganggap segala sesuatunya bisa diselesaikan dengan perangkat.
"Menghadapi ini, yang harus ditata adalah manusianya," tutur Itje Chodijah pada Konferensi Nasional Guru Quipper 2016 di AXA Tower Kuningan, Jakarta, Minggu (28/8/2016).
Meski begitu, Itje menyatakan, peran guru tidak akan tergantikan dengan teknologi. "Pak Anies (Baswedan) mengatakan, guru yang akan diganti oleh teknologi itu adalah guru yang bukan pendidik, tukang mengajar, yang hanya memberi materi," ucap Itje.
Itje melanjutkan, untuk menghadapi tantangan mengajar di era digital, para guru harus punya literasi digital yang baik. Artinya, pendidik bukan hanya memiliki berbagai perangkat teknologi masa kini, tetapi tahu bagaimana cara yang baik dan benar dalam menggunakannya.
Untuk menjawab tantangan mengajar di era digital, guru perlu meyakini bahwa teknologi bukanlah perangkat yang utama dalam kegiatan mengajar. Meski teknologi bisa melakukan segala hal, peran guru untuk mencetak siswa berkualitas di Indonesia tetap yang paling penting.
Itje juga menyebut sebuah prinsip yang wajib dipegang para guru. Prinsip tersebut nantinya menentukan sikap guru pada teknologi sebagai sarana mengajar.
"Teknologi itu alat, bukan tujuan. Bukan akhir, tapi awal. Penggunaan teknologi diharapkan meningkatkan engagement. Dengan teknologi internet, siswa sudah membaca materi pelajaran setelah diunduh. Nantinya di kelas, guru bukan lagi menerangkan tetapi mengajak anak untuk berpikir kritis," kata Itje kepada peserta Seminar Nasional Guru Quipper.
Belajar digital lewat Quipper
Konferensi nasional bertema "Tantangan Masa Kini: Siapkah Guru Indonesia Mengantar Generasi Muda Menuju Era Digital?" tersebut diselengarakan Quipper. Quipper merupakan perusahaan edukasi teknologi berpusat di London yang peduli terhadap pengembangan pendidikan di seluruh dunia.
Dengan visi sebagai “Distributors of Wisdom” Quipper ingin meminimalisir kesenjangan pendidikan yang terjadi hampir di berbagai belahan dunia. Caranya, dengan membantu para siswa memperoleh akses pendidikan berkualitas melalui kanal digital.
Untuk mewujudkan visi, Quipper menciptakan produk Quipper School dan Quiper Video demi mendukung pembelajaran melalui platform digital. Keduanya memungkinkan siswa dan guru melakukan kegiatan belajar-mengajar secara online.
Dalam konferensi yang dihadiri oleh guru dari Sumatera, Sulawesi, Papua, Flores, Maluku, Kalimantan Timur, dan Aceh ini, para guru Quipper diajak untuk mengenal dua produk Quipper lebih dalam agar guru teredukasi mengenai pentingnya penggunaan teknologi dalam pendidikan.
Quipper School menjadi wadah para guru memuat konten pembelajaran, membuat soal, dan membagi kelas. Dari sini, para siswa dapat membaca dan menjawab materi pelajaran.
Sementara Quipper Video menyuguhkan materi dan tutor bagi siswa SMP dan SMA yang sedang mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional (UN) dan seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Dengan platform ini, siswa dapat belajar lebih efektif dan menyenangkan, di mana saja dan kapan saja.
"Masih banyak juga guru yang belum dapat menggunakannya. Jadi kita melatih para guru dalam menggunakan teknologi untuk mendidik siswa. Memang butuh waktu banyak untuk menyentuh semua guru. Tapi kami mencoba menjangkau guru sebanyak mungkin. Dengan konferensi ini diharapkan peserta bisa mengajarkan ke guru-guru lainnya yang belum berkesempatan hadir di sini," tutur Country Manager Quipper Indonesia Takuya Homma.
Pakar pendidikan Prof. Arief Rachman yang juga hadir sebagai pembicara dalam konferensi ini sepakat pada penggunaan teknologi Quipper dalam pendidikan.
"Quipper menyediakan soal-soal dan materi pelajaran, tapi guru tetap yang utama membimbing siswa saat belajar. Dalam era digital metode mengajar harus berpusat pada siswa. Teknologi hanya sarana, guru membimbing dan membantu siswa," ujar Arief Rachman.
Dalam perkembangannya, Quipper juga akan berkolaborasi dengan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui kanal digital dan meminimalisir kesenjangan pendidikan di Indonesia sehingga dapat mewujudkan visi sebagai “Distributors of Wisdom”.
Guru SMA 22 Surabaya Aries Prasetya mengaku sukses meningkatkan minat belajar siswanya sejak menggunakan Quipper. "Platform digital ini membuat siswa lebih antusias belajar dan mengerjakan tugas," ujar guru sejarah ini.
Kemudahan pun dirasakan oleh siswa. "Kalau di sekolah pakai buku cetak, berat dibawa kemana-mana. Kalau pakai Quipper bisa gampamg dibawa kemana-mana," kata Eka, siswi SMP 157 Jakarta.
Hingga saat ini terhitung 1,4 juta siswa Indonesia tingkat SMP dan SMA menggunakan Quipper. Para guru juga telah menghasilkan lebih dari 1.000 konten pelajaran SMP dan lebih dari 3.000 konten pelajaran SMA. (Adv)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda tentang tulisan ini.....