Banyak diantara rekan pendidik kesulitan merumuskan tujuan pembelajaran yang spesifik dan representatif dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Sebenarnya secara berkelanjutan unsur terkait telah mengadakan beberapa pelatihan melalui diklat. Namun diantara kegiatan diklat tersebut jarang yang menyentuh hal pokok terkait dengan esensi materi diklat. Ini dimaklumi, karena maksud pemerintah adalah menyajikan hal baru terkait dengan pengembangan kurikulum satuan pendidikan (KTSP). Ternyata diantara peserta diklat banyak yang belum tahu teknik perumusan tujuan pembelajaran yang esensial.
Unsur Audience, Behavior, Condition dan Degree.
Istilah tersebut bagi pendatang baru (baca: guru baru) tidak dipahami. Maklum, diantara sekian juta guru banyak yang menempuh cara instan dalam menyelesaikan sarjana kependidikannya (kuliah singkat).
Marilah kita pahami bersama beberapa unsur di atas:
1. Audience.
Audience adalah objek yang "dikenai" sasaran proses belajar mengajar, audience juga sebagai "pelaku" dalam pembelajaran (pahami pengembangan kurikulum mulai SPI, CBSA, hingga KTSP). Dalam merumuskan tujuan pembelajaran harus nampak bagaimana aktivitas siswa. Untuk memahami hal ini perhatikan contoh berikut (dalam mata pelajaran PKn):
Unsur audience pada rumusan tujuan pembelajaran di atas adalah siswa, pada rumusan tersebut jelaslah bahwa sebagai objek, siswa dikenai "sasaran" dalam proses pembelajaran tersebut. Rangkaian pemahaman materi Norma dalam situasi di atas harus dikenakan pada siswa, bukan guru atau pendidik. Sedangkan sebagai sobjek, terlihat pada situasi ketika siswa harus menyaksikan video tayangan dan harus menyimpulkan video tersebut untuk memperoleh rumusan arti Norma. Jadi pelaku utama untuk menemukan arti norma adalah siswa. Pelaku disini kita sinonimkan dengan sobjek.
Secara redaksional, kita boleh saja membuat rumusan tujuan pembelajaran tidak seperti kalimat di atas, contohnya adalah:
Atau:
Nah, jelas kiranya bahwa naif rasanya kita hanya "copas" copy dan paste tujuan pembelajaran untuk menyiapkan administrasi pembelajaran.
2. Behavior
Pembelajaran tanpa adanya tingkah laku siswa/aktifitas siswa tidak mungkin dilakukan. Aktifitas sederhana gambaran behaviore siswa adalah mendengarkan, menyimak atau proses yang lainnya. Aktifitas siswa yang diharapkan harus disesuaikan dengan konteks-konten materi. Untuk itu, ketika kita mengembangkan silabus harus terlihat jelas pemetaan materinya (pahami pemetaan materi dalam silabus).
Lantas, seperti apa rumusan tujuan pembelajaran yang ber-behaviore? Kita lihat contoh berikut:
Unsur behaviore pada rumusan tujuan pembelajaran di atas adalah kata menyebutkan. Siswa dalam proses tersebut melakukan aktifitas utama menyebutkan arti norma. Tentu sebuah pertanyaan akan muncul, mengapa kata menyaksikan dalam diskripsi di atas tidak termasuk kategori unsur behavior? Kata menyaksikan juga termasuk aktifitas siswa, tapi tujuan utamanya bukan menyaksikan dalam konteks materi norma, tetapi menyebutkan. Karena itu kita harus paham benar dalam menggunakan setiap kata. Panduan kata kerja operasional dapat anda pahami pada materi berikutnya.
Penggunaan kata kerja operasional dalam perumusan tujuan pembelajaran tidak boleh lebih dari satu. Artinya dalam sebuah aktifitas pembelajaran, siswa tidak boleh melakukan lebih dari 1 (satu) perbuatan. Misalnya contoh berikut ini:
Contoh salah dalam menggunakan kata kerja operasional (behaviore)
Pembelajaran adalah proses perubahan tingkah laku, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengenal menjadi mengenal, dari tidak paham menjadi paham. Untuk itu fokus 1 (satu) perbuatan akan menjadikan pembelajaran lebih berarti.
3. Condition.
Pada setiap rumusan pembejaran selalu berlaku hal tersebut. Variasi penggunaan condition bisa merupakan rangkatian kata atau gabungan kata. Contoh keadaan/kondisi pada rumusan tujuan pembelajaran di atas adalah setelah menyaksikan, tergambar bahwa untuk dapat "menyebutkan arti norma dengan bahasanya sendiri" diperlukan persyaratan harus menyaksikan video. Bagaimana mungkin pembelajaran memiliki tujuan, jika tidak ada persyaratan yang diberikan pada situasi tersebut? Bila belum jelas, lihatlah rumusan sederhana berikut:
Rumusan kondisinya jelas, yaitu setelah melihat, bagaimana jika rumusanya:
Rumusan tersebut sering kita jumpai, termasuk contoh-contoh yang diberikan dari pakar dan praktisi pendidikan sebagai nara sumber pelatihan/diklat. Agar tidak terjebak, maka sebaiknya sebelum ikut diklat, workshop atau yang sejenisnya, kita harus memahami dulu secara teoritis. Rumusan tujuan pembelajaran di atas hanya terdiri dari 3 unsur.
Artinya perbandingan/bandingan, dalam konteks tujuan pembelajaran bertujuan untuk membandingkan kondisi sebelum dan sesudah belajar. Kembali kita pahami bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku. Dari tidak bisa menjadi bisa atau apapun perubahannya. Degree juga merupakan tingkat penampilan yang dapat diterima oleh siswa setelah melalui rangkaian sajian proses pembelajaran. Kita perhatikan contoh rumusan di atas:
Kondisi/degree pada rumusan di atas adalah "dengan menggunakan bahasanya sendiri". Tingkat degree tergantung bobot materi yang akan disajikan melalui tujuan pembelajaran. Degree juga harus berkaitan benar dengan jenis perubahan tingkah laku yang akan ditampilkan siswa.
Semoga tulisan di atas dapat memperjelas pemahaman kita dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Lepas dari petunjuk teknis di atas, kita harus juga memahami prinsip-prinsip dalam merumuskan tujuan pembelajaran secara luas. Tetapi dengan memahami materi ini, cukup bekal bagi kita untuk membuat rumusan pembelajaran yang tepat. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda tentang tulisan ini.....